Pertanyaan tersebut sejatinya
sangat esensial karena merupakan pertanyaan filosofis. Ada dua jawaban dari
pertanyaan tersebut, yakni, Ya. Jika kita melihat teknologi dengan segala
prinsip kerjanya, dan tidak, jika kita melihat pada manusia di sekitar
teknologi.
Jika
kita melihat teknologi sebagai hukum-hukum fisika dan ilmu pengetahuan yang
direkayasa berikut perkembangannya sedemikian rupa, maka pada dasarnya kita
melihat teknologi sebagai sebuah sistem yang tertutup, atau dengan kata lain,
kita melihat teknologi secara kebendaan. Maka, dengan demikian teknologi adalah
netral. Hukum air mendidih pada suhu seratus derajat Celcius misalnya akan
berlaku di mana pun, tanpa melihat perbedaan kondisi sosial-politik suatu
Negara. Sedangakan bila kita melihat teknologi sevagai tataran sosial-politik
yang melingkupinya, maka teknologi tidak lagi bebas nilai. Teknologi tidak
hanya benda mati, tapi teknologi merupakan sistem terbuka yang sensitive
terhadap perubahan struktur meso dan struktur makro yang melingkupinya. Terkait
dengan ambivalensi teknoligu komunikasi, Marshal McLuhan, pakar komunikasi dari
Kanada menyebut dua kemungkinan pengaruh perkembangan teknologi komunikasi,
yakni:
1.
Global Village
Teknologi komunikasi menciptakan manfaat positif
dengan mengatasi hambatan jarak dan waktu, sehingga seolah0olah dunia hanyalah
sebuah desa. Manusia dapat berinteraksi di mana pun dan kapan pun.
2.
Global Pillage
Teknologi menciptakan manfaat negative, dnegan cara
menciptakan ketergantungan. Manusia menjadi sangat bergantung pada teknologi,
tanpa menyadari bahwa teknologi pada dasarnya hanya merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Ketergantungan menyebabkan pangalihan nilai filosofi dengan
menempatkan teknologi sebagai tujuan, bukan alat. Karenanya orang yang
menguasai teknologi pada hakikatnya telah menguasai dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar