Susahnya mendefinisikan kebenaran, sebagiamana telah
diuraikan pada penjelasan terdahulu, ibarat orang buta menjelaskan gajah. Ada
orang buta mengatakan gajah itu panjang, karena yang ia sentuh adalah belalai
gajah. Sementara temannya yang juga buta akan mengatakan bahwa gajah itu tipis
dan lebar (menunjuk pada telinga gajah), bahkan ada pula orang buta yang
mendefinisikan gajah itu lembek (merujuk pada kotoran gajah). Tentu
masing-masing definisi tidak salah, namun juga tidak bisa dikatakan benar
seratus persen. Kira-kira seperti itulah gambaran mendefinisikan pengertian
kebenaran. Tiap ahli memaparkan ide tentang sudut pandang kebenaran termasuk
bagaimana membuktikannya.
Secara etimologi (bahasa) kata “benar” mempunyai
arti :
1. Tidak
salah, lurus, dan adil.
Contohnya dalam kalimat,
“hitungannya benar”.
2. Sungguh-sungguh,
tidak bohong.
Contohnya salam kalimat, “ kabar
itu benar”.
3. Sesungguhnya,
memang demikian halnya.
Contohnya dalam kalimat, “ benar ia
tidak bersalah, tetapi ia terlibat perbuatan ini”.
4. Sangat,
sekali.
Contohnya dalam kalimat, “enak
benar manga ini”.
Sedangkan secara epistimologi
(istilah), pengertian kebenaran dapat dilihat dari berbagai teori mengenai
kebenaran, yang anatara lain (Suhartono Suparlan, 2007:93);
1. Teori
koherensi
Menurut teori ini suatu
pengetahuan, teori, pernyataan, proposisi atau hipotesis dianggap benar bila ia
sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis lainnya, yakni kalu
proposisi itu meneguhkan atau konsisten dengan sebelumnya. Jika “semua manusia
pasti akan mati” adalah benar, maka “si A akan mati” adalah juga benar.
2. Teori
korespondensi
Suatu pernyataan adalah benar jika
ia berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan itu. Contoh, “Jakarta
adalah Ibu Kota Indonesia” adalah benar karena sesuai dengan fakta.
3. Teori
pragmatis
Suatu pernyataan dinilai benar jika
konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan
manusia. Contoh, “memakai helm wajib bagi pengendara sepeda motor”, adalah
benar karena pernyataan tersebut berguna dalam kehidupan praktis.
4. Teori
koherensi
Menurut teori ini sesuatu dianggap
benar bila ia berkaitan dengan pernyataan sebelumnya yang sudah pasti benar.
Misalnya, pernyataan bahwa “presiden di Indonesia tidak dapat dijatuhkan oleh
parlemen” adalah benar karena bertalian dengan pernyataan sebelumnya, yakni “
Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar