Sepanjang terekam dalam literature, teoritisasi
komunikasi dimulai sejak masa Yunani Kuno. Ketika itu, Corax mengajarkan teori
berbicara di depan pengadilan, yang kemudian di anggap sebagai cikal bakal
keterampilan persuasi (membujuk). Salah satu murid Corax yang terkenal adalah
Tisias, yang kemudia mengambil istilah rhetoric sebagai nama bagi keterampilan
tersebut.
Era Tisias kemudia digantikan oleh
Aristoteles (385-347SM). Kedua orang tersebut merupakan figur penting dalam mengembangkan
disiplin komunikasi. Aristoteles (dalam Ruben, 2002:21) mengatakan bahwa,
komunikasi adalah alat dimana warga masyarakat dapat berpartispasi dalam
demokrasi. Aristoteles ketika itu mendudukan komunikasi sebagai keterampilan
melakukan orasi dan menyusun argument untuk disampaikan kepada pendengar.
Tujuan dari komunikasi, kata Aristoteles, adalah untuk memberi kesan positive
terhadap pembicara, sehingga pendengar akan menerima apa yang disampaikan
pembicara. Lebih jauh Plato mengatakan bahwa, keterampilan komunikasi haruslah
mencakup pula pengetahuan tentang sifat alami dari kata, sifat manusia dan
bagimana manusia memandang hidup, susunan alam, dan studi tentang instrument
apa yang dapat mempengaruhi manusia. Jelaslah bahwa kedua tokoh ini mengajarkan
komunikasi sebagai keterampilan berbicara di depan umum (public speaking)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar