Senin, 12 Desember 2016

Tentang Makna Kata Baik


Kita mungkin bertanya-tanya, apakah mungkin merumuskan suatu konsep moralitas yang bersifat obyektif? Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan menyelidiki apa yang sesungguhnya kita maksudkan ketika kita mengatakan bahwa sesuatu baik.
Sangatlah mungkin bagi dua orang memberikan suatu penilaian baik dengan pertimbangan-pertimbangan pribadinya sendiri. Seperti pujian. Misalnya, saya dapat memuji sebuah pisau karena ketumpulannya sehingga ketika saya terkena pisau itu, saya tidak mengalami luka. Akan tetapi, saya tidak bisa menyebutkan bahwa pisau itu adalah pisau yang baik. Lalu, bagaimana jika saya memuji orang lain sebagai orang yang baik?.
Menurut Aristoteles, setiap manusia memiliki kualitas khusus yang secara hakiki membedakan ia dari makhluk hidup lainnya. Kualitas khusus ini adalah kemampuan manusia untuk menggunakan akal budinya, baik secara teoritis maupun secara praktis. Akan tetapi, pernyataan Aristoteles ini tetap tidak membantu kita untuk memberikan definisi tentang apa yang dimaksud sebagai tindakan baik secara moral. Manusia juga bisa melakukan hal-hal lainnya, seperti ketika ia membuat lelucon, yang tidak memerlukan aktivitas akal budi teoris ataupun praktis, seperti yang dikatakan oleh Aristoteles. Akan tetapi, fakta bahwa ia adalah seorang pelawak yang baik sama sekali bukan tanda bahwa ia adalah orang yang baik secara moral. Keutamaan yang baik juga bisa muncul ketika seseorang sungguh-sungguh manghayati profesinya secara total, seperti seorang pembuat keramik yang mahir, yang tentu saja tidak bisa dipastikan bahwa ia baik secara moral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar