Kamis, 15 Desember 2016

Definisi Manusia


     Sudah menjadi kodrat bahwa manusia adalah makhluk yang berakal budi (homo rationale). Menurut Aristoteles (384-322 SM) sebagaimana dijelaskan Prof. Onong (2003), manusia mempunyai tiga anima (jiwa), yakni:
1.      Anima avegatativa/roh vegetative “tumbuh-tumbuhan” fungsinya makan, tumbuh, dan berkembang biak.
2.      Anima sensitive “binatang punya perasaan, naluri, dan nafsu” mampu mengamati, bergerak, dan bertindak.
3.      Anima intelektiva “ roh intelek yang dimiliki manusia” berpikir dan berkehendak. Punya kesadaran.
Dengan demikian, ciri manusia menurut Aristoteles adalah memiliki totalitas, yakni persatuan roh dan jasad. Anima adalah penyebab hidup, bukan penyebab kesadaran, sedangkan yang menyebabkan kesadaran adalah “aku/rohani”. “aku” adalah juga yang merasa, sedangkan pusat panca indera ada di otak, dan memiliki perangsang masing-masing yang disebut “adequatus”.  
      Pemikiran Aristoteles tampaknya termasuk dalam konvergensi, yakni penggabungan tiga aliran besar tentang manusia. Ketiga aliran tersebut, yaitu:
1.      Materialisme
Yaitu aliran yang melihat manusia ada pada fisiknya. Keberadaan fisik dengan demikian merupakan unsur pokok dari kemanusiaan. Maka, orang yang sudah meninggal, dalam aliran ini tidak lagi disebut manusia.
2.      Idealisme
Aliran kedua tentang manusia mengatakan bahwa keberadaan manusia adalah pada ide. Ide terletak di pemikiran, sehingga semakin jernih pemikiran maka seseorang akan mampu menangkap hakikat walau pun yang bersangkutan belum memiliki interaksi panca indera dengan yang di maksud. Seperti orang yang belum pernah melihat kapal selam tetapi ia akan mengerti akan kapal selam bila diberi penjelasan dan gambaran tentang kapal selam. Maka, dalam aliran ini orang gila tidak lagi disebut sebagai manusia karena ia tidak bisa lagi berpikir.
3.      Eksistensialisme
Aliran ini melihat manusia pada eksistensinya, yakin sejauh mana keberadaannya diakui oleh masyarakat sekitarnya. Semakin diakui, maka semakin eksis. Aliran ini tidak memperhitungkan materi beserta atribut yang dimiliki seseorang sebagai nilai kemanusiaan. Abraham Maslow mengatakan bahwa, pengakuan tentang eksistensi sebagai kebutuhan tertinggi manusia, jauh melampaui kebutuhan rasa aman, kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar