Sudah menjadi kodrat
bahwa manusia adalah makhluk yang berakal budi (homo rationale). Menurut
Aristoteles (384-322 SM) sebagaimana dijelaskan Prof. Onong (2003), manusia
mempunyai tiga anima (jiwa), yakni:
1. Anima
avegatativa/roh vegetative “tumbuh-tumbuhan” fungsinya makan, tumbuh, dan
berkembang biak.
2. Anima
sensitive “binatang punya perasaan, naluri, dan nafsu” mampu mengamati,
bergerak, dan bertindak.
3. Anima
intelektiva “ roh intelek yang dimiliki manusia” berpikir dan berkehendak.
Punya kesadaran.
Dengan demikian, ciri manusia
menurut Aristoteles adalah memiliki totalitas, yakni persatuan roh dan jasad.
Anima adalah penyebab hidup, bukan penyebab kesadaran, sedangkan yang menyebabkan
kesadaran adalah “aku/rohani”. “aku” adalah juga yang merasa, sedangkan pusat
panca indera ada di otak, dan memiliki perangsang masing-masing yang disebut
“adequatus”.
Pemikiran
Aristoteles tampaknya termasuk dalam konvergensi, yakni penggabungan tiga
aliran besar tentang manusia. Ketiga aliran tersebut, yaitu:
1. Materialisme
Yaitu aliran yang melihat manusia
ada pada fisiknya. Keberadaan fisik dengan demikian merupakan unsur pokok dari
kemanusiaan. Maka, orang yang sudah meninggal, dalam aliran ini tidak lagi
disebut manusia.
2. Idealisme
Aliran kedua tentang manusia
mengatakan bahwa keberadaan manusia adalah pada ide. Ide terletak di pemikiran,
sehingga semakin jernih pemikiran maka seseorang akan mampu menangkap hakikat
walau pun yang bersangkutan belum memiliki interaksi panca indera dengan yang
di maksud. Seperti orang yang belum pernah melihat kapal selam tetapi ia akan
mengerti akan kapal selam bila diberi penjelasan dan gambaran tentang kapal
selam. Maka, dalam aliran ini orang gila tidak lagi disebut sebagai manusia
karena ia tidak bisa lagi berpikir.
3. Eksistensialisme
Aliran ini melihat manusia pada
eksistensinya, yakin sejauh mana keberadaannya diakui oleh masyarakat
sekitarnya. Semakin diakui, maka semakin eksis. Aliran ini tidak memperhitungkan
materi beserta atribut yang dimiliki seseorang sebagai nilai kemanusiaan.
Abraham Maslow mengatakan bahwa, pengakuan tentang eksistensi sebagai kebutuhan
tertinggi manusia, jauh melampaui kebutuhan rasa aman, kebutuhan sandang,
pangan, dan papan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar